Sunshine

Ridnatul Hidayati
Metro, Lampung, Indonesia
View my complete profile
Feeds RSS
Feeds RSS

makalah yasinan, tahlilan, wirid dan puasa khusus



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari agama sudah menjadi kebutuhan bagi manusia. Agama berperan penting dalam memberi arah menuju Tuhan sebagai keseimbangan dan kelangsungan hidup manusia. Agama juga bisa dikatakan sebagai way of life karena menjadi pedoman hidup manusia. Agama juga memiliki fungsi tersendiri bagi manusia baik sebagai fungsi sosial maupun individu. Fungsi tersebut mempunyai kekuatan yang besar dalam menggerakan komunitas sosial.
Namun, dalam realitasnya, terkadang mengalami kesulitan untuk membedakan antara keduanya karena secara sadar maupun tidak terjadi pencampuradukan makna antara agama yang murni bersumber dari Tuhan dengan pemikiran agama yang bersumber dari manusia. Perkembangan selanjutnya, hasil dari pemikiran agama tidak jarang telah berubah menjadi agama itu sendiri, sehingga ia seakan-akan disakralkan dan berubah menjadi sebuah tradisi keagamaan bagi masyarakat.  Seperti pemahaman seseorang tehadap tradisi Yasinan, Tahlilah, Wirid dan Puasa Khusus.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud yasinan?
2.      Apakah yang dimaksud tahlilan?
3.      Apakah yang dimaksud wirid?
4.      Apakah yang dimaksud puasa khusus?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui tentang yasinan
2.      Mengetahui tentang tahlilan
3.      Mengetahui tentang wirid
4.      Mengetahui tentang puasa khusus



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Yasinan
Yasinan adalah membaca surat Yasin, baik sendirian atau bersama-sama. Dalam kebersamaan ini bisa membacanya sendiri-sendiri atau membacanya secara kor (berjamaah). Motif yang mendasarinya adalah  keyakinan bahwa pahala bacaan dikirimkan kepada orang yang sudah meninggal,  untuk mengiringi proses kematian seseorang (keadaan sakit kritis yang diperkirakan kuat menuju kematian atau dalam keadaan sakaratul maut agar yang dibacakannya ini cepat sembuh atau segera matisecara mudah atas dasar kasih sayang Allah dan yang  melihatnya merasa kasihan terhadap  penderitaan yang sedang sakaratul maut ini, atau dikirimkan kepada orang yang masih hidup tetapi diperlakukan seperti orang yang sudah meninggal, seperti orang pergi haji. Selama haji ia diupacarai yasinan pada hari pertama dari pemberangkatannya hingga hari ke tujuh yang selanjutnya setiap malam Jumat hingga yang bersangkutan kembali sampai di rumah dengan selamat. Upacara Yasinan hampir selalu menyatu dengan tahlilan.
Ritus yasinan untuk orang mati dilaksanakan sejak hari pertama hingga hari ke tujuh selanjutnya pada hari ke 40, hari ke 100, ulang tahun kematian pertama, ulang tahun kematian ke dua, hari ke 1000, dan selanjutnya setiap satu tahun sekali pada hari kematiaanya sejauh dikehendaki. Karena kerabat yang ditinggal mati memiliki kelebihan ekonomi dan tanggungjawab moral sebagai pelaksanaan ajaran birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua), yasinan dilakukan selama 40 hari sejak hari pertama kematian orang tua atau kerabatnya
Ritus Yasinan bagi warga NU atau para simpatisannya biasa dilaksanakan dalam pertemuan rutin antar warga dalam lingkup RT atau RW, dalam jamaah mushalla, dalam jamaah suatu masjid yang waktunya ditentukan atas dasar kesepakatan warga. Pelaksanaan yasinan dapat pula berganti tempat secara bergilirin diantara warga.
Para pendukung yasinan bisa hafal, setengah hafal, membacanya sangat lancar karena amat sering mengikuti acara ini atau memang menyiapkan diri untuk menghafalnya, namun demikian juga banyak diantara mereka yang hanya bisa membaca huruf latinnya. Sub kelompok ini biasanya tidak dari kecil memeluk agama Islam secara taat. Mereka sadar akan keislamannya setelah usia dewasa.
Mereka ini biasanya kurang menyadari eksistensi NU, Muhammadiya, atau kelompok sosial keagamaan yang lain.Mereka hanya tahu pokoknya Islam. Sebenarnya mereka bisa disebut muallaf, yang secara praktis perlu diperhatikan secara lebih dalam kehidupan sehari-harinya agar tetap istiqamah dalam ketaannya pada agama.
Muhammadiyah, terutama dari tingkat bawah, atau bahkan kaum terpelajarnya,  umumnya tidak hafal atau tidak lancar membaca surat yasin. Ditinjau dari segi keterampilan membaca atau menghafal surat Yasin mereka jauh ketinggalan dibanding ikhwan mereka yang dari  NU.
Tradisi pembacaaan Yasinan merupakan tradisi lama yang masih dipegang oleh kalangan masyarakat Indonesia. Tradisi Yasinan ini begitu unik karena hanya ada di Indonesia dan Malaysia. Tradisi ini merupakan bentuk ijtihad para ulama untuk mensyiarkan Islam dengan jalan mengajak masyarakat agraris yang penuh mistis dan animisme untuk mendekatkan diri pada ajaran Islam melalui cinta membaca Al Qur’an, salah satunya Surat Yasin sehingga disebut sebagai Yasinan.
Yasinan dilakukan dalam waktu waktu tertentu misalnya malam Jumat yang dilaksanakan di masjid atau dirumah rumah warga secara bergiliran setiap minggunya. Selain pada malam Jum’at yasinan juga dilaksanakan untuk memperingati dan “mengirim” doa bagi keluarga yang telah meninggal pada malam ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus, dan keseribu. Masyarakat mempercayai bahwa dengan membaca surat Yasin maka pahala atas pembacaan itu akan sampai pada si mayat. Ada pula acara Yasinan ini dilakukan untuk meminta hajat kepada Tuhan agar dipermudah dalam mencari rizki maupun meminta hajat agar orang yang sakit dan sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh karena tanda-tanda akan diakhirinya ke hidupan ini sudah jelas, maka surat Yasin menjadi pengantar kepulangannya ke hadirat Allah. Yasin sudah menjadi kebiasaan masyarakat bila salah satu keluarga ada yang sakit kritis. Surat Yasin dibaca dengan harapan jika bisa sembuh semoga cepat sembuh, dan jika Allah menghendaki yang bersangkutan kembali kepada-Nya, semoga cepat diambil oleh-Nya dengan tenang. 
Masyarakat melaksanakan tradisi ini karena turun temurun. Artinya tradisi ini merupakan peninggalan dari nenek moyang mereka, dimana Islam mengadopsinya sebagai bagian dari ritual keagamaan. Dari pelaksanaan tradisi ini maka ada makna yang lain selain dari arti ayat ayat yang dibaca secara bersama sama.
Sudah menjadi hal yang umum jika tradisi Yasinan digunakan sebagai Majelis taklim dan dzikir mingguan masyarakat dan sebagai media dakwah agar masyarakat menjadi lebih dekat dengan Tuhannya. Namun di sisi lain tradisi Yasinan bisa dimaknai sebagai forum silaturahmi warga, yang tadinya tidak kenal menjadi kenal, yang tadinya tidak akrab menjadi lebih akrab. Kegotong royongan, solidaritas sosial, tolong menolong, rasa simpati dan empati juga merupakan sisi lain dari adanya tradisi Yasinan. Kegotong royongan ketika mengadakan acara. Tolong menolong agar acaranya berjalan sesuai yang diharapkan. Rasa empati dan simpati ketika ada seseorang kerabatnya yang kesusahan atau kerababnya yang meninggal. Semua itu merupakan makna lain yang terkandung dalam tradisi Yasinan.
 Tradisi Yasinan juga dapat dipandang sebagai perekat hubungan sosial warga., ketika mengikuti acara Yasinan maka warga yang kemarin tidak kenal satu sama lain akan menjadi kenal. Dengan acara seperti ini dapat mempererat tali silaturahmi antar sesama warga. Disamping itu juga dengan keikutsertaan warga mengikuti acara Yasinan dapat menumbuhkan rasa empati dan simpati masyarakat untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang mengadakan acara Yasinan. Dalam persiapannya menyajikan makanan, para kaum perempuan dan laki-laki saling gotong royong untuk membuatkan masakan yang telah dibiyayai oleh tuan rumah yang memiliki hajat. Oleh karena itu acara Yasinan sangat berpengaruh terhadap solidaritas warga masyarakat, karena saling membantu satu sama lain.
Makna lain ialah nilai ekonomis, dimana dalam yasinan terkadang ada suguhan makanan baik berupa snack, makan, dan berkat yang dibawa pulang. Kadang juga ada yang memberikan sajadah dan diberi tulisan bahwa yasinan ini sebagai peringatan kematian anggota keluarga. Tentunya bagi warga ini merupakan kesempatan untuk mendapatkan pendapatan bagi keluarganya. Yang lebih unik lagi bagi yang mengadakan acara Yasinan, terkadang bila tidak ada uang untuk melaksanakan hal tersebut mereka rela menjual harta yang ada misal sawah, perhiasan atau ternak. Untuk memberi hidangan pun ada yang sampai menyembelih sapi walau saat hari raya qurban malah tidak pernah berqurban. Gotong royong dalam penyajian makanan pun menjani nilai ekonomis bagi masyarakat karena dapat mengurangi pengeluaran tenaga dan waktu.
 Disamping itu, konsep theology dan filsafat yang terdapat pada Yasinan turut serta dalam membentuk mental solidaritas. Misalnya engaruh dari konsep theology, masyarakat percaya bahwa dosa mereka terhadap sesama manusia itu dapat tertutupu dengan amalan-amalan yang baik yang dilakukan selama hidup dibumi dengan bertindak sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan hadits, sehingga pada konsep filsafat, sebagai manusia yang tidak bisa hidup sendirian yang membutuhkan orang lain maka haruslah saling tolong menolong sesama manusia apalagi sesama umat muslim, supaya dapat mempersatukan umat muslim seutuhnya dan menghindari pertikaian.

B.     Tahlilan
Tahlilan adalah ritual/upacara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan di Indonesia dan kemungkinan di Malaysia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Ada pula yang melakukan tahlilan pada hari ke-1000.
Kata "Tahlil" sendiri secara harfiah berarti berizikir dengan mengucap kalimat tauhid "Laa ilaaha illallah" (tiada yang patut disembah kecuali Allah). Upacara tahlilan ditengarai merupakan praktik pada abad-abad transisi yang dilakukan oleh masyarakat yang baru memeluk Islam, tetapi tidak dapat meninggalkan kebiasaan mereka yang lama. Berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit bukan hanya terjadi pada masyarakat pra Islam di Indonesia saja, tetapi di berbagai belahan dunia, termasuk di jazirah Arab. Oleh para da'i(yang dikenal wali songo) pada waktu itu, ritual yang lama diubah menjadi ritual yang bernafaskan Islam. Di Indonesia, tahlilan masih membudaya, sehingga istilah "Tahlilan" dikonotasikan memperingati dan mendo'akan orang yang sudah meninggal.
Tahlilan dilakukan bukan sekedar kumpul-kumpul karena kebiasaan zaman dulu. Generasi sekarang tidak lagi merasa perlu dan sempat untuk melakukan kegiatan sekadar kumpul-kumpul seperti itu. Jika pun tahlilan masih diselenggarakan sampai sekarang, itu karena setiap anak pasti menginginkan orangtuanya yang meninggal masuk surga. Sebagaimana diketahui oleh semua kaum muslim, bahwa anak saleh yang berdoa untuk orangtuanya adalah impian semua orang, oleh karena itu setiap orangtua menginginkan anaknya menjadi orang yang saleh dan mendoakan mereka. Dari sinilah, keluarga mendoakan mayit, dan beberapa keluarga merasa lebih senang jika mendoakan orangtua mereka yang meninggal dilakukan oleh lebih banyak orang(berjama'ah).
Maka diundanglah orang-orang untuk itu, dan menyuguhkan(sodaqoh) sekadar suguhan kecil bukanlah hal yang aneh, apalagi tabu, apalagi haram. suguhan(sodaqoh) itu hanya berkaitan dengan menghargai tamu yang mereka undang sendiri. maka, jika ada anak yang tidak ingin atau tidak senang mendoakan orangtuanya, maka dia (atau keluarganya) tidak akan melakukannya, dan itu tidak berakibat hukum syareat. Tidak makruh juga tidak haram, anak seperti ini pasti juga orang yang yang tidak ingin didoakan jika dia telah mati kelak.
Kegiatan ini bukan kegiatan yang diwajibkan. orang boleh melakukannya atau tidak tahlilan bukanlah kewajiban, dan adalah dusta dan mengada-ada jika tahlilan ini dihitung sebagai rukun. Tahlilan adalah pilihan bebas bagi setiap orang dan keluarga berkaitan dengan keinginan mendoakan orangtua mereka ataukah tidak. tahlilan juga bukanlah kegiatan yang harus dilakukan secara berkumpul-kumpul di rumah duka dan oleh karenanya dituduhkan membebani tuan rumah. Tahlilan itu mendoakan mayit dan itu bisa dilakukan sendiri-sendiri atau berjamaah, di satu tempat yang sama atau di mana-mana. menuduhkan tahlil sebagai bid'ah adalah mengada-ada dan melawan keyakinan kaum muslim bahwa anak saleh yang berdoa untuk orangtuanya adalah cita-cita setiap orang.
Kaum muslimin Nahdatul Ulama (NU) mengakui bahwa tahlilan tidak ada dalil yang menguatkan dalam Al-Quran maupun hadis, namun kenapa mereka masih melaksanakan acara tahlilan tersebut karena kaum muslimin Nahdatul Ulama mempunyai pendapat lain bahwa tahlilan dilaksanakan dikeluarga yang meninggal mempunyai tujuan-tujuan tertentu di antaranya adalah sebagai berikut:
1.      Tahlilan dilakukan untuk menyebar syiar islam, karena sebelum dilakukan tahlilan seorang imam melakukan ceramah keagamaan.
2.      Isi dari tahlilan adalah dzikir dan do’a dengan kata lain melaksanakan tahlilan berarti mendo’akan kepada yang meninggal dunia.
3.      Menghibur keluarga yang ditinggalkan dengan kata lain, kaum muslimin yang berada di sekitar rumah yang ditinggal, maka terjalinlah silaturahmi diantara umat islam.
Dari uraian tersebut di atas, bahwa kaum muslimin Nahdatul Ulama (NU) walaupun tidak ada dalil yang kuat di dalam Al-Quran dan hadis namun melakanakan acara tahlilan dengan tujuan yang baik dan tidak menyimpang dari hadis-hadis lainnya.
Bacaan-bacaan yang selalu dibaca dalam acara tahlilan yaitu:
1.      Membaca Surat Al-Fatihah.
Sabda Rosululloh SAW. Artinya: "Dari Abu Sa`id Al-Mu'alla radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Maukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur'an, sebelum engkau keluar dari masjid?". Maka Rasulullah memegang tanganku. Dan ketika kami hendak keluar, aku bertanya: "Wahai Rasulullah! Engkau berkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang paling agung dalam Al-Qur'an". Beliau menjawab: "Al-Hamdu Lillahi Rabbil-Alamiin (Surat Al-Fatihah), ia adalah tujuh surat yang diulang-ulang (dibaca pada setiap sholat), ia adalah Al-Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku". (Hadits riwayat: Al-Bukhari).
2.       Membaca Surat Yasin.
Sabda Rosuululloh SAW “Artinya” Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu., ia berkata: "Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa membaca surat Yasin di malam hari, maka paginya ia mendapat pengampunan, dan barangsiapa membaca surat Hamim yang didalamnya diterangkan masalah Ad-Dukhaan (Surat Ad-Dukhaan), maka paginya ia mendapat mengampunan". (Hadits riwayat: Abu Ya'la). Sanadnya baik. (Lihat tafsir Ibnu Katsir dalam tafsir Surat Yaasiin).
3.      Membaca Surat Al-Ikhlash.
Rosululloh SAW bersabda, Artinya“ Dari Abu Said Al-Khudriy radliallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya: "Apakah kalian tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur'an dalam semalam?". Maka mereka merasa berat dan berkata: "Siapakah di antara kami yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah?". Jawab beliau: "Ayat Allahu Al-Waahid Ash-Shamad (Surat Al-Ikhlash maksudnya), adalah sepertiga Al-Qur'an"
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
4.      Membaca Surat Al-Falaq dan An-Naas
Artinya“ Dari Aisyah radliallahu 'anhaa, "bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bila merasa sakit beliau membaca sendiri Al-Mu`awwidzaat (Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas), kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah aku yang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan dari surat-surat tersebut".
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).
5.      Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai
6.      Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
7.      Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi)
8.      Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai akhir Surat.
Dalil keutamaan ayat-ayat tersebut: Artinya"Dari Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu, ia berkata: "Barangsiapa membaca 10 ayat dari Surat Al-Baqarah pada suatu malam, maka setan tidak masuk rumah itu pada malam itu sampai pagi, Yaitu 4 ayat pembukaan dari Surat Al-Baqarah, Ayat Kursi dan 2 ayat sesudahnya, dan 3 ayat terakhir yang dimulai lillahi maa fis-samaawaati..)" (Hadits riwayat: Ibnu Majah).
9.      Membaca Istighfar
Allah SWT berfirman: "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat". (QS. Huud: 3).
10.  Membaca Tahlil : لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
11.  Membaca Takbir : اَللهُ أَكْبَرُ
12.  Membaca Tasbih : سُبْحَانَ اللهِ
13.  Membaca Tahmid : الْحَمْدُ للهِ

C.    WIRID
Wiridan adalah amalan yang biasanya dilakukan setelah menunaikan ibadah shalat. Ada banyak ragam bacaan yang dipakai dalam wiridan, meski demikian yang terpokok biasanya terdiri dari tiga lafadz; Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar. Dan seperti yang biasa dijumpai di masjid-masjid, sebelum mewiridkan ketiga kalimat tersebut, biasanya ada bacaan awal sebagai muqaddimahnya dan bacaan akhir setelahnya sebagai pamungkas.
Diantara kebaikan yang mudah untuk kita amalkan adalah berdzikir setelah melaksanakan shalat wajib yang lima waktu. Dzikir (wirid) ini sangat penting karena diantara fungsinya adalah sebagai penyempurna dari kekurangan dalam shalat kita. Bahkan dzikir setelah shalat fardhu merupakan perintah langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, walaupun dalam keadaan genting sekalipun seperti dalam keadaan perang.
Sebagaimana firman-Nya:










Artinya :
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Ayat tersebut terkait dengan kondisi perang, maka dalam kondisi aman tentu lebih memungkinkan untuk melaksanakan dzikir. Seorang muslim yang berdzikir setelah shalat hendaknya mencukupkan dengan dzikir-dzikir yang telah disyari’atkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

D.    Puasa Khusus
Tingkat puasa yang lebih tinggi dimana puasanya tidak hanya menahan dari lapar, haus dan nafsu syahwat saja tetapi juga menahan panca indra pendengaran,  penglihatan, lidah, tangan, kaki serta seluruh anggota badan dari melakukan sesuatu yang mendatangkan dosa. Puasa ini adalah puasanya orang shaleh.
Yang menjadi dalil puasa tingkat ini antara lain adalah hadits-hadits Rasulullah SAW “Barangsiapa tidak mau meninggalkan omongan bohong dan memperbuatnya, maka tidak kebutuhan bagi Allah dalam diri orang yang berpuasa meninggalkan makanan dan minumannya”. (HR. Bukhari)
“Apabila ada hari puasa salah seorang diantara kalian maka janganlah ia berkata kotor dan gaduh. Jika seorang memakinya atau memusuhinya hendaklah ia mengatakan :”Sesungguhnya aku sedang berpuasa”. (HR. Bukhari, Muslim).








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Yasinan adalah membaca surat Yasin, baik sendirian atau bersama-sama. Dalam kebersamaan ini bisa membacanya sendiri-sendiri atau membacanya secara kor (berjamaah).
Tahlilan adalah ritual/upacara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal.
Wiridan adalah amalan yang biasanya dilakukan setelah menunaikan ibadah shalat. Ada banyak ragam bacaan yang dipakai dalam wiridan, tetapi yang terpokok biasanya terdiri dari tiga lafadz; Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar.
Puasa khusus yaitu  puasa yang tidak hanya menahan dari lapar, haus dan nafsu syahwat saja tetapi juga menahan panca indra pendengaran,  penglihatan, lidah, tangan, kaki serta seluruh anggota badan dari melakukan sesuatu yang mendatangkan dosa. Puasa ini adalah puasanya orang shaleh

B.     Saran
Dalam menyusun makalah tentang yasinan, tahlilan, wirid dan puasa khusus  pastilah makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu bagi para mahasiswa, pembaca dan khususnya kepada dosen pembimbing aswaja 3, kami sangat mengharapkan keritik dan saran.








DAFTAR PUSTAKA

v  Abdillah,Abu, argument ahlussunnah wal jama’ah,Tangerang:Pustaka     ta’awun,2011.
v  Abuddin Nata, Teologi Islam, Modul Penyetaraan Universitas Terbuka, Departemaen Agama 1997.
v  Departemen Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Thoha Putera, 1989).
v  Dalil-dalil Yasinan dan Tahlilan, Diakses Melalui Situs dibawah ini pada tanggal 22 Oktober 2016 Pukul 07.00 wib: http://adityaodit.blogspot.com/2012/06/hukum-tahlilan-dan-yasinan-makalah.html



2 comments:

Unknown said...

Assalamu'alaikum terima kasih mba sudah membantu menyelesaikan pekerjaan saya utk mencari makalah yg sedang Fenemologi,

Ridna03 said...

Sama2 kk,bisa req ya mau artikel tentang apa saja.. (Diutamakan yang pendidikan 😊)

Post a Comment